BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
A. Pendahuluan
Keberadaaan alam semesta ini, Bhuana
Agung dan Bhuana Alit tidak dapat terlepas dari keberadaan brahman. Kurun waktu
Brahman menciptakan semua yang ada ini dimulai pada masa srsthi. Suatu saat
bila beliau menghendaki maka semua yang ada akan kembali kepadanya. Periode
tersebut disebut dengan istilah pralaya. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan
hal tersebut akan terjadi.
Dalam Bab ini akan dijelaskan
mengenai pengertian bhuana agung dan bhuana alit, proses terciptanya bhuana
agung dan bhuana alit, sloka dan mitologi penciptaan bhuana agung dan bhuana
alit, dan proses pralaya bhuana agung dan bhuana alit.
B.
Pengertian Bhuana Agung dan Bhuana
Alit
1. Bhuana Agung
Kata Bhuana Agung berasal
dari kata bhuana dan agung. Bhuana berarti dunia, jagat, benua, sedangkan kata
agung berarti besar,mulia luhur ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hal.12-147,tahun 1995). Bhuana agung merupakan salah satu dari berbagai istilah
yang digunakan dalam agama Hindu untuk menyebutkan alam semesta. Bhuana agung
juga disebut “makrokosmos, jagat raya,alam besar, dan brahmanda”. Semua gugusan
; matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini
disebut Bhuana Agung. Kitab Brhad Aranyaka Upanisad, menjelaskan bahwa Bhuana
Agung diciptakan oleh Tuha. Sang Hyang Widhi yang bersifat abstrak diwujudkan
dalam bentuk personifikasi sebagai alam semesta ini. Mengenai keberadaan Bhuana
Agung ini, Kitab suci Weda menjelaskan sebagaimana petikan sloka berikut.
“ Aum usa va asvasya medhyasya sirah,suryas caksuh vatah pranahvyattam
agnirvaisvanararah samvatsara atma svasya medhyasya, dyauh, prstham, atariksam
udaram prthiwi pajsyam, disah parsve, avantaradisah parsavah rta vongani,
masascardhmasas ca parvani ahoratrani prathistah, naksa trany asthini nabho
manusani, urvadhayam sikatah, shindavo gudah, yakre ca klomanis ca parvatah, asadhayas
ca vanaspatayas ca lomani, udyan parvadhah, nimlocan jaghanardhah, yad
vrjrmbate tat vrjyotate, yad vidhu nute tat, sthanayati, yan mehati tad varsati
vag evasya vak.”
(Brhad Aranyaka Upanisad,1.1).
Artinya :
“ Aum sesungguhnya, fajar adalah kepala dari kuda
yadnya, matahari adalah matahari, agni adalah nafasnya, mulutnya yang terbuka
adalah api vaisavanara, tahun adalah tubuh dari kuda yadnya, langit adalah
punggungnya, antariksa adalah perutnya, bumi sebagai telapak kakinya, mata
angin sebagai sisi-sisinya, mata angin adalah rusuk-rusuknya, musim adalah
anggota-anggota tubuhnya,bulan, dan tengah bulan sebagai persendian, siang dan
malam adalah kakinya, dagingnya makanan perut, sungai adalah urat darahnya,
hati dan bintang-bintang adalah sebagai tulangnya, mendung sebagai paru-parunya
gunung-gunung, pohon-pohon obat dan pepohonan adalah rambutnya, matahari terbit
adalah bagian depannya dan matahari terbenam adalah bagian belakangnnya, etika
ia menguap maka terjadilah petir dan ketika ia menggoyangkan tubuhnya
terjadilah geledek, ketika ia membuang air kecil terjadilah hujan, suara
sesungguhnya adalah suaranya.”
2. Bhuana Alit
Hidup
dan berkehidupan di antara yang tercipta termasuk manusia ( Bhuana Alit ) di
alam semesta ini dengan Bhuana Agung tak dapat dipisahkan. Karena sesungguhnya
semua yang ada ini berasal dari satu sumber pencipta. Unsur-unsur penciptaannya
pun diyakini berasal sumber bahan yang sama. Bhuana Alit atau sering disebut
dengan Mikrokosmos adalam alam kecil ( isi dari alam semesta ) seperti,
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan yang lainnya.
C.
Proses terciptanya Bhuana Agung dan
Bhuana Alit
1.
Bhuana Agung
Meski tiada orang yang tahu mengenai
tercipta Bhuana Agung, namun oara ahli mencoba untuk menafsirkan keberadaannya.
Alam Semesta ini pernah tidak ada, lalu menjadi ada dan akan tidak ada, begitu
pula seterusnya. Pada alam semesta ini “ada” disebut masa “Sṛṣti” atau “Brahmadiva”. Bagaimana semua itu terjadi?
Menurut ajaran Agama Hindu dinyatakan
bahwa alam semesta ini berasal dari Bhatara Siva. Proses terjadinya alam
semesta ini terjadi secara bertahap. Dimulai dari tahap yang sangat teramat
halus dan gaib, berevolusi ke tahap yang semakin kasar atau nyata. Disebutkan
ada dua belas tahapan atau jenjang yang disebut dengan istilah “ tattwa
rwaelas” diantaranya, bhatara siva (Rudra), sang purusa (Brahmā), awyakta (Wisnu), bhudi yang bersifat sattwa, ahamkara yang
bersifat rajah, Pañca Tanmātra yang bersifat tamah, manah,
akasa, bayu, agni, apah, dan pṛthivῑ.
Bhatara Siva yang juga
disebut Rudra, merupakan asal mula dari alam semesta ini. Beliau berkeadaan
sunya, mutlak, absolute, kekal abadi, dan amat abstrak. Dari Bhatara Siva
muncullah Sang Purusa, “Brahmā” yang
merupakan benih kehidupan. Beliau bersifat abadi, “nitya”, tidak dapat ditangkap oleh indriya, tidak
dapat dibayangkan.
Awyakta adalah asas
material yang tanpa kejiwaan. Dari awyakta muncullah budhi yang ersifat sattwa.
Budhi adalah asas intelegensinya kesadaran. Dari budhi muncullah ahamkara yang
bersifat rajah. Ahamkara adalah asas individualism yang mengaku lebih dan tidak
mau mengaku rendah. Dari ahamkara muncullah Pañca Tanmātra yang bersifat tamas dan terdiri
atas ; sabda, sparsa, rupa, rasa, dan gandha. Dari Pañca Tanmātra kemudian muncullah manah yang
merupakan asas akal dan pikiran.
Dari manah muncullah ākāśa yang bersifat sabda, yaitu benih suara.
Dari ākāśa muncullah vāyu yang bersifat sabda dan sparsa. Dari vāyu muncullah agni yang ersifat sabda, rupa, rasa. Dari agni
muncullah āpaḥ yang bersifat sabda, sparsa, rupa,
dan rasa. Dari āpaḥ muncullah pṛthivῑ yang bersifat sabda, sparsa, rupa,
rasa, dan gandha. Kedua jenis unsur Pañca Tanmātra dan Pañca Mahābhūta inilah yang menjadi pembangun dari
Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Tuhan menciptakan alam semesta dan isinya
berdasarkan “tapa”.
Dari tapa-Nya muncullah dua kekuatan
yang saling melengkapi “purusa dan prakrti”. Selanjutnya muncul unsur-unsur
Manas (pikiran), Bhudi (akal-budi), Ahamkara (ego), eter, udara, api, air, dan
tanah. Unsur-unsur inilah yang akan membentuk Bhuana Agung dan Bhuana Alit
secara fisik. Unsur-unsur tersebut dilengkapi dengan kekuatan yang lebih tinggi
yang disebut “jiwa”.
Sebelum diciptakan, alam semesta ini
tidak ada apa-apa, hanya ada Sang Hyang Widhi yang disebut “Parama Siva” atau
Nirguna Brahmā yang berwujud sunyi, kosong dan hampa. Kemudian Parama Siva
menjadikan diri-Nya sebagai atau Saguna Brahmā. Dalam keadaan demikian, Tuhan telah
berwujud “purusa” dan prakrti”. Purusa adalah unsur dasar yang memiliki kejiwaan
atau rohani, sedangkan prakrti adalah unsur dasar yang bersifat kebendaan.
Purusa dan prakrti memiliki sifat yang sangat halus dan tanpa permulaan. Kitab
Bhagawadῑtā mnyebutkan sebagai berikut.
Ketahuilah bahwa prakrti dan purusa kedua-duanya adalah
tanpa permulaan, dan ketahuilah juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir
dari prakrti.
Berdasarkan penjelasan dari kitab
tersebut dapat dikemukakan bahwa, purusa dan prakrti bekerja sama yang
menyebabkan adanya alam semesta ini secara bertingkat. Dan dari kitab tersebut
dapat disimpulkan pula bahwa Tri Guna lahir dari prakrti.
2.
Bhuana Alit
Mengenai hal ini, Kitab
Svetara Upanisad menjelaskan sebagai berikut :
“ Wiswatas caksur uta wiswato bahur utwiswatapat, sambahu-bhayam dhamati
saptatatrair tyawa bhumi jana yan dewa ekah”
(Svetara Upanisad III.3)
Artinya :
Rudra setelah menciptakan bumi dan segala isinya lalu
member tangan kepada manusia dan member sayap kepada burung-burung. Beliau juga
menjadi mata dari semua makhluk hidup, menjadi wajah/muka semua makhluk, bahkan
menjadi kaki dari semua makhluk.
Berdasarkan
uraian di atas dapat kita pahami bahwa, setelah Tuhan menciptakan Bhuana Agung
lalu beliau berkehendak menciptakan isi dari alam semesta. Badan dari manusia,
hewan, atau tumbuhan sebagai isi dari alam semesta dinamakan Bhuana Alit.
Penciptaan makhluk hidup berawal dari makhluk hidup terendah hingga makhluk
hidup tertinggi.
Manusia
disebut-sebut sebagai makhluk yang tertinggi diantara makhluk lainnya. Berawal
dari bayi lalu tumbuh hingga dewasa dan tua. Berikut ini dijelaskan bagaimana
bayi dapat dilahirkan :
Bayi
dalam kandungan dapat terwujud berkat pertemuan antara kama petak dengan kama
bang yang juga disebut sukla dan swanita. Kama petak disebut sukla, sel
laki-laki atau sperma yang disimbulkan dengan Sang Hyang Smara, sedangkan kama
bang disebut swanita, sel wanita atau ovum yang disimbulkan dengan Dewi Ratih. Pertemuan
antara sel laki-laki dan sel wanita pada saat bersetubuh mengakibatkan
terjadinya pembuahan atau fertilisasi. Lontar Anggastyaprana menjelaskan
sebagai berikut :
Pertemuan
kama petak dengan kama bang disebut Sang Ajursulang. Luluhnya pertemuan kedua
kama itu menjadi satu disebut dengan Sang Bubu Rumaket. Pada saat itulah datang
Sang Hyang Nilakanta menganugrahkan
berkah sehingga mengentallah kedua kama itu bagaikan telur yang disebut
dengan nama Sang Antigajati. Telur yang telah dihasilkan di dalam tuba ampulla yang
digetarkan oleh rambut halus selaput lender pada dinding tuba menyebabkan telur
itu masuk lebih jauh ke dalam tuba, akhirnya sampai ke dalam rahim dan
melekatkan dirinya pada lapisan endometrium. Peristiwa ini disebut implantasi
atau nidasi. Dengan demikian semakin jelaslah bahwa pertemuan antara sukla dan
swanita terjadi pembuahan yang disebut sygote
atau Sang Hyang Antigajati yang kemudian disebut dengan nama manik. Manik itu
masuk ke dalam garbha-pradhana ( perut sang ibu ) dan akhirnya nidasi
(mengendap ) dalam kunda cacupu manik yang disebut rahim atau uterus. Kuba
cacupu manik itu juga disebut iwapadha atau mula-dhara. Selanjutnya, manik yang
mengendap pada kunda cacupu manik mengalami proses pertumbuhan yang semakin
hari semakin membesar serta mengubah dirinya sehingga akhirnya membentuk dan
lahirlah seorang bayi “ Bhuana Alit”.
Bersumber
dari ajaran Agama Hindu, seseorang hendaknya bersyukur dapat dilahirkan sebagai
manusia, karena hanya manusialah yang dapat menyelamatkan dirinya dari
kesengsaraan dan menuju kebahagiaan yang sejati. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa setelah terciptanya alam
semesta ini adalah sebagai berikut.
ü Kelompok Eka Pramana, yaitu makhluk
hidup yang memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yaitu vāyu. Makhluk hidup ini dikenal dengan nama “sthawara”, yaitu
makhluk hidup yang hidupnya tidak berpindah-pindah contohnya tumbuh-tumbuhan.
Yang tergolong “sthawara” antara lain :
1. Trana (bangsa rumput) baik yang hidup
di air maupun di darat.
2. Lata ( bangsa tumbuhan menjalar )
yang keadaan hidupnya menjalar pada tanah atau pada pohon lainnya.
3. Taru ( bangsa semak dan pepohonan).
4. Gulma (bangsa pohon yang bagian luar
pohon bersangkutan berkayu keras dan bagian dalamnya berongga atau kosong ).
5. Janggama ( bangsa tumbuhan yang
hidupnya menumpang pada tumbuhan yang lain.
ü Kelompok Dwi Pramana adalah makhluk hidup
yang memiliki dua kekuatan dalam hidupnya yaitu vāyu dan sabda. Makhluk hidup ini juga
dikenal dengan sebutan satwa atau sato yang merupakan bangsa binatang. Adapun
yang termasuk makhluk hidup margasatwa yang diciptakan oleh Tuhan antara lain :
1. Swedaya ( bangsa binaang satu sel )
yang hidupnya di air atau tanah basah.
2. Andaya ( bangsa binatang yang
bertelur ) yang biasanya hidup di air, di darat, ataupun di atas pohon.
3. Jarayudha ( bangsa binatang yang
menyusui ), yakni baik binatang pemakan rumput maupun binatang pemakan daging.
ü Kelompok Tri Pramana adalah makhluk
hidup yang memiliki tiga kekuatan dalam hidupnya yaitu, vāyu, sabda, dan idep. Makhluk hidup ini juga dikenal dengan
sebutan manusya. Manusia dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
1. Nara merga ( manusia binatang ). Para
seniman Hindu meluikiskan keberadaan manusia ini sebagai manusia yang memiliki
salah satu anggota tubuhnya menyerupai hewan.
2. Waman ( manusia kerdil ). Makhluk
hidup ciptaan Tuhan sebagaimana manusia hanya saja mereka memiliki postur tubuh
yang lebih kecil.
3. Jatma “manusya” adalah manusia yang
sempurna, yaitu manusia yang telah memiliki sikap mental;beriman,terpelajar,
berbudi luhur,cakap dan terampil, berkepribadian mandiri dan mantap, serta
bertanggung jawab terhadap sesame masyarakat,nusa,dan bangsa.
Selain jenis manusia yang telah disebutkan di atas, terdapat
juga jenis-jenis manusia lainnya. Jenis manusia yang dimaksud berdasarkan atas
sifat dan jenis kelaminnya diantaranya :
1. Manusia laki-laki “purusa” adalah
manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan dominan bersifat kelaki-lakian.
2. Manusia perempuan “predana” adalah
manusia yang berjenis kelamin perempuan dan dominan bersifat kewanitaan.
3. Manusia banci adalah manusia yang
berjenis kelamin laki-laki dan bersifat perempuan atau manusia yang berjenis
kelamin perempuan bersifat laki-laki.
Kelahiran sebagai manusia tak lepas dari karma wesana
masing-masing. Keberadaan karma wesana memiliki keterkaitan dengan jiwa-atma.
manusia merupakan bagian dari Bhuana Alit, sedangkan Bhuana Alit dan Bhuana
Agung diciptakan oleh Tuhan dari unsure yang sama, yaitu “purusa dan prakrti “.
Oleh karena itu, di dalam diri manusia pun terdapat kedua unsure tersebut. Pada
diri manusia unsure purusa itu menjadi jivātmā, sedangkan unsur prakrti menjadi
badan kasar atau Athula sarira. Jivātmā
disebut suksmasarira. Suksmasarira terjadi dari budhi,manas, dan ahamkara.
Budhi, manas, dan ahamkara disebut Tri Antah Karana ( tiga penyebab akhir ).
Masing-masing bagian dari Tri Antah Karana memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Budhi berfungsi untuk menentukan
keputusan.
b. Manas berfungsi untuk berpikir.
c. Ahamkara berfungsi untuk merasakan
dan bertindak.
Keberadaan Tri Antah
Karana merupakan alat batin manusia yang sangat menentukan watak seseorang.
Kitab Sārasamuccaya menyebabkan sebagai berikut :
“ Mano hi mūlam sarwesām indrayāṇam prawartate, śubhāśubhā swawasthāsu kāryam tat suvyavasthitam.
Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, maprawṛtti ta ya ring subhāsubhakarma, matangyan
ikang manah juga prihen kahṛtanya sakareng”.
( Sārasamuccaya, 80)
Artinya :
Sebab pikiran itu namanya adalah sumbernya indriya,
ialah yang menggerakkan perbuatan baik buruk itu, karena itu, pikirkanlah yang
patut segera diusahakan pengendaliannya. Indriya manusia ada sepuluh banyaknya
yang sering disebut dengan nama dasendriya.
Kesepuluh indriya ini dikelompokkanmenjadi dua bagian yaitu :
a. Pañca Buddhῑndriya, yaitu lima macam indriya yang terdapat pada manusia
untuk mengetahui sesuatu, yang terdiri atas :
1. Caksuindriya ( indriya pada mata )
2. Srotendriya ( indriya pada teling )
3. Ghranendriya ( indriya pada hidung )
4. Jihvendriya ( indriya pada lidah )
5. Twakindriya ( indriya pada kulit )
b. Pañca Karmendriya adalah lima macam
indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk melakukan sesuatu, terdiri
atas :
1. Panindriya ( indriya pada tangan )
2. Padendriya (indriya pada kaki )
3. Garbhendriya ( indriya pada perut )
4. Upasthendriya/ bhagendriya ( indriya
pada kelamin laki-laki dan kelamin perempuan.
5. Payuindriya ( indriya pada
pelepasan/anus )
Pañca Buddhῑndriya dan Pañca Karmendriya tersebut terjadi
karena ahangkara yang mendapat pengaruh dari guna satwa. Disebutkan pula bahwa
garbhendriya sebagai bagian dari Pañca Karmendriya bersinergis dengan
wakindriya. Manas yang merupakan bagian dari “Tri Antah Karana” berkedudukan
sebagai rajandriya, yaitu raja dari indriya atau dengan kata lain semua indriya
berpusat pada pikiran “manas”.
Sthulasarira
terjdi sebagai akibat dari Pañca Tanmātra yang berevolusi. Sedangkan Pañca Tanmātra terjadi akibat ahangkara yang
mendapat pengaruh dari guna tamas. Adapun unsure-unsur dari Pañca Tanmātra
adalah :
1. Sabda Tanmātra ( bekas-bekas suara )
2. Sparsa Tanmātra ( bekas-bekas rasa yang berasal dari sentuhan )
3. Rupa Tanmātra ( bekas-bekas cahaya )
4. Rasa Tanmātra ( bekas-bekas rasa yang pernah dikecap )
5. Gandha Tanmātra ( bekas-bekas bau )
Unsure-unsur
Pañca Tanmātra selanjutnya mengalami
evolusi yang kemudian menjadi Pañca Mahābhūta. Perubahan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Sabda Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi akasa atau eter dan dalam
bentuk Bhuana Alit berwujud segala rongga dalam tubuh. Perasaaan malu, marah,
kagum, dan ramah tamah yang dirasakan Bhuana Alit bersumber dari akasa atau
eter.
2. Sparsa Tamnātra dapat berubah bentuk menjadi wayu dan dalam Bhuana Alit
berwujud nafas dan udara. Wayu adalah benih-benih udara yang dalam Bhuana Alit
menjadi tenaga penggerak.
3. Rupa Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi teja, yaitu zat panas dan
dalam bentuk Bhuana Alit berwujud panas badan dan segala yang panas serta
bercahaya. Teja dalam Bhuana Alit dapat menimbulkan rasa ngantuk, rasa lapar
dan rasa giat untuk bangkit.
4. Rasa Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi apah, yaitu buih-buih air
yang dalam Bhuana Alit berwujud darah dan segala yang bersifat cair.
5. Gandha Tanmātra dapat berubah menjadi pṛthivῑ, yaitu zat pada yang dalam Bhuana
Alit berwujud tulang, otot, dan segala yang bersifat padat.
Terkait dengan keberadaan sthulasarira disebutkan bahwa
manusia memiliki unsure-unsur sebagai berikut :
1.
Sad Kosa, yaitun enam lapis pembungkus sthulasarira terdiri atas sebagai
berikut :
a. Asti atau tawulan ( tulang )
b. Odwad ( otot )
c. Mamsa ( daging )
d. Rudhira (darah )
e. Carma ( kulit )
2.
Dasa Vayu atau Dasa Prana, yaitu sepuluh macam udara dalam badan manusia,
yang terdiri atas :
a. Prana ( udara pada paru-paru )
b. Samana ( udara pada pencernaan )
c. Apana ( udara pada pantat )
d. Udana ( udara pada kerongkongan )
e. Byana ( udara yang menyebar ke
seluruh tubuh )
f.
Naga
( udara pada perut yang keluar dari saat mengempis )
g. Kumara ( udara yang keluar dari
badan, tangan, dan jari )
h. Krakara ( udara pada saat bersin )
i.
Dewadatta
( udara pada saat menguap )
j.
Dananjaya
( udara yang member makan pada badan ).
Sedangkan yang berhubungan suksmasarira terdapat lima macam
unsure yang disebut “Pañca Mayakosa “, yaitu lima macam
unsure pembungkus suksmasarira diantaranya :
a. Anamaya kosa ( unsure pembungkus yang
berasal dari sari makanan )
b. Pranamaya kosa ( unsure pembungkus
yang berasal dari sari napas )
c. Wijnanamaya kosa ( unsure pembungkus
yang berasal dari sari pengetahuan )
d. Manomaya kosa ( unsure pembungkus
yang berasal dari sari pikiran )
e. Anandamaya kosa ( unsure pembungkus
yang berasal dari kebahagiaan ).
Penggabungan dari Rajendriya, Pañca Karmendriya, dan Pañca Buddhindriya disebut dengan nama
Eka Dasendriya, yaitu sebelas indriya yang terdapat pada manusia. Pembentukkan
Bhuana Alit merupakan penggabungan dari seluruh unsure yang bersumber dari
maya, seperti citta, budhi, manas, ahamkara sehingga muncullah Bhuana Alit dari
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Kesluruhan Bhuana Alit yang ada di
alam semesta ini sangat tergantung pada persentase dari banyak dan sedikitnya
penggabungan unsure-unsur maya. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan antara
Bhuana Alit, seperti manusia dengan binatang.
D.
Sloka dan Mitologi Penciptaan Bhuana
Agung dan Bhuana Alit
1.
Bhuana Agung
Kitab suci Veda dan
sastra agama Hindu banyak menjelaskan mengenai terciptanya alam semesta ini.
Berikut merupakan sloka yang dimaksud :
Kitab Chandayoga Upanisad
menyebutkan sebagai berikut :
“ Idam wa agranaiwa kincit asit, sadwa saumnya idam agra asit, ekam eva
adwitya”.
Artinya :
Sebelum sesuatu diciptakan alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Sang Hyang Widhi yang ada, mahaesa tiada duanya.
Sebelum sesuatu diciptakan alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Sang Hyang Widhi yang ada, mahaesa tiada duanya.
“ āsididam tamobhūtamaprajnātam alakṣaṃ
apratarkya mawijneyam prasuptaniwa sarwatah “.
( Manavadharmaśāstra I.5 )
Artinya :
Alam semesta ini pada
mulanya adalah berbentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri-ciri sama
sekali, tak kan terjangkau oleh daya pikiran, tak dapat dikenal, seolah-olah
sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling nyenyak.
“ Tapo wacam ratim caiwa ca krodhamewaca, Srstim sasarja
caiwemam srastumicchanimah prajah”.
(Manavadharmaśāstra I.25 )
Artinya :
Ketawakalan, ucapan
kesenangan, nafsu, dan kemarahan dan segala isi alam, Tuhan ciptakan karena ia
ingin menciptakan segala makhluk ini.
“ bhūmir āpo ‘nado vāyuḥ khaṁ mano buddhir eva ca, ahańkāra itῑyaṁ me bhinnā prakṛtir aṣadhā”.
( Bhagavadgῑtā,VII.4 )
Artinya :
Tanah, air, api, dan udara,
ether, akal budhi, pikiran, den ego merupakan unsure alam-Ku. Selanjutnya
disebutkan sebagai berikut :
“apareyam itas tv anyāṁ prakṛtiṁ viddhi me parām, tῑvabhūtāṁ mahābāho yayedaṁ dhāryate jagat”.
( Bhagavadgῑtā.VII.5 )
Artinya :
Inilah unsure alam-Ku
yang lebih rendah dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi oh Mahabahu, unsure
hidup, yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini.
“ annād bhavanti bhūtāni parjanyād anna-sambhavaḥ yajñāad
bhavati parjanyo yajñaḥ karma-samudbhavaḥ”
( Bhagavadgῑtā III. 14 )
Artinya :
Karena makanan makhluk
menjadi hidup, karena hujan makanan tumbuh, karena persembahan hujan turun dan
persembahan lahir karena karma.
Selanjutnya disebutkan :
“karma brahmodbhavaṁ viddhi brahmākṣara-samudbhavam tasmāt sarva-gataṁ brahma nityaṁ yajñesṭprati hitam”
(Bhagavadgῑtā III. 15 )
Artinya :
Ketahuila, kegiatan kerja
lahir dari Brahman dan Brahman datang dari yang maha esa, dari itu Brahman yang
melingkupi semua selalu ada di sekitar persembahan.
“ prakṛtiṁ puruṣaṁ caiva viddhy anādῑ ubhāv api vikārāṁś ca guṇāṁś caiva viddhi prakṛti-sambhavān”
( Bhagavadgῑtā XIII.19 )
Artinya :
Ketahuilah bahwa prakrti
dan purusa kedua-duanya adalah tanpa permulaan, dan ketahuilah juga bahwa
segala bentuk dan ketiga guna lahir dari prakrti.
Pada jagat raya terdapat
lapisan menuju ruang jagat raya yang disebut “ Sapta Loka “ yang terdiri dari :
a. Bhur loka ( alam manusia )
b. Ghuwah loka ( alam pitara )
c. Swah loka ( alam dewa )
d. Maha loka
e. Jana loka
f.
Tapa
loka
g. Satya loka
Tingkatan-tingkatan lapisan tersebut di atas terjadi sebagai akibat dari kuat atau
lemahnya menuju panas inti bumi atau “kalagni Rudra” disebut Sapta Patala
diantaranya :
1. Atala
1. Atala
Wilayah pertama dari patala, disini
tinggal Bala, putra terkenal dari Maya. Ia mampu menciptakan 96 jenis seni
magic dan dapat memenuhi apa saja yang diminta seseorang kepadanya. Kemampuan
magic tersebut sampai sekarang masih digunakan di sana. Ketika Baa menguap,
tiga macam wanita keluar dari mulutnya. Puniscalis (pelacur ), svairini
(perempuan pezina), dan kamini ( wanita penuh nafsu birahi ). Ketika wanita itu
memiliki pesona yang disebut hataka untuk menggoda siapa saja yang memasuki
wilayah tersebut.
2. Vitala
Tempat ini merupakan
tempat tinggal Hatakosvara yang tidak lain adalah paramasiva. Dewata agung ini
diikuti oleh Bhavanidevi dan dikelilingi oleh “ pramthagana” (
tokoh-tokohkedewataan yang berkunjung kepadanya ), dipuja oleh para dewata,
tempat ini dihuni oleh praja yang diciptakan oleh Brahma. Sperma yang kuat dari
pertemuan parvati-pramesvara mengalir seperti sungai bernama hataki. Emas
bernama hataka dimuntahkan oleh angin pusaran agni setelah meminum “rasa” dari
sungai itu. Para istri daitya mengenakan perhiasan yang dibuat dari emas itu.
3. Sutala
Tempat tinggal Mahabali.
Di sini hidup Mahabali yang bermeditasi kepada Visnu yang lebih agung dari
Indra. Untuk menyenangkan Dewa Indra, Maha Visnu suatu hari mengunjungi
Mahabali dan dengan tipuan mengambil semua kekayaan dan mengikatnya dengan
varunapala yang melemparkannya ke Sutala dengan membuat lubang di bumi.
Akhirnya Mahavisnu menyadari kelakuannya yang keliru mendorong Mahabali dari
bumi dengan tipuan dan mengobatinya serta menebus dosanya hingga sekarang ia
menjadi penjaga pintu gerbang Mahabali di Sutala. Suatu hari Rawana datang ke
Sutala untuk menyerang Mahabali dan saat itu Mahavisnu yang menjaganya dalam
wujud Vamana yang kemudian diberikan kepada Rawana serta mengirimkannya
kembali.
4. Talatala
Tempat ini tempat tinggal
Maya. Maya ini memiliki kemampuan sihir yang luar biasa diantara para raksasa.
Setelah Tri Pura Dahana (membakar tiga raksasa hingga mati), Siva member rahmat
kepadanya dan kemudian ia hidup sebagai Tripura Dhipati (pemimpin Tripura) di
Talatala. Maya adalah guru dari para raksasa ahli sihir, demikian pula raksasa
yang wajahnya mengerikan senantiasa memuja dia.
5. Mahatala
Merupakan tempat tinggal
Kadraveya. Mereka memperoleh nama demikian karena semuanya adalah putra-putra
Kadru, seekor kobra. Semua kobra nampaknya menakutkan, memiliki bermacam-macam
kepala dan sifatnya beracun. Di antara tokoh-tokoh kobra tersebut adalah
Kuhaka, Taksaka, Susena, dan Kaliya. Semuanya itu adalah ular-ular yang kurus
dan panjang, tetapi memiliki tudung kepala yang besar dan sangat kuat.
Ular-ular yang tabiatnya tidak baik tersebut hidup bersama keluarga mereka dan
sangat takut terhadap burung Garuda.
6. Rasatala
Merupakan tempat tinggal
raksasa Nivata Kavaca-Kalakaya yang terkenal sangat jahat. Mereka adalah musuh
para dewa dan mereka menghukum dengan berbagai cara. Atas keagungan Mahavisnu
mampu melemahkan kekuatan raksasa tersebut. Mereka kini tinggal di Rasatala,
sangat takut dihukum dan dipukul oleh tongkat sihir dari sarama, perwujudan
sebuah mantra atau mantra rupini yang dikuasai oleh Indra.
7. Patala
Merupakan
tempat tinggal para naga (ular). Adapun para “Nagaloka-dhipati”, pimpinan
tertinggi para naga adalah Vasuki, Sauka, Gulika, Sueta, dan Devadatta yang
tinggal dan hidup di sini. Mereka ular naga yang sangat kuat, badannya besar
dan panjang, ular beracun yang sangat sadis dengan sifatnya yang sangat jahat.
Mereka semuanya memiliki tudung kepala yang sangat lebar beberapa buah, dari
lima hingga seratus buah, dan cahaya kepala seperti berlian, yang menjaga
patala dengan penuh kewaspadaan.
Pada dasar patala, terdapat alam lain yang terpisahkan, seluas
30.000 yojana. Di tempat ini sifat tamasika visnukala bertempat tinggal dengan
nama Ananta Adisesu atau Ananta yang
merupakan manifestasi dari Visnu Kala. Sri Ananta memperoleh nama Sankarsana
yang berarti seorang yang dengan bangga dan arogan segala sesuatu yang baik
yang kelihatan maupun yang tidak Nampak. Putrid-putri dari para raja naga
semuanya cantik-cantik seperti bidadari, sehat, dan badannya bercahaya. Mereka
melumuri tubuhnya dengan lulur yang harum dibuat dari gaharu, cendana, dan
kunyi. Mereka semua berdiri mengelilingi Adisesa dengan senyuman yang mempesona
dan gerakan tatapan mata yang mengandung pesona asmara. Adisesa yang agung,
berbudi pekerti luhur, dan amat terkenal dikelilingi olehpara naga untuk
kesejahteraan seluruh jagat raya. Ia duduk disana dengan dipuja oleh para bunga
“ vaijayanti”, dan dengan kalung bungan yang harum, berpakaian biru, dan
perhiasan pada telinga dan leher, memegang senjata halayudha. Menahan
kemarahannya, Nampak tenang dan tentram, menyenangkan bagi yang memandang di
sekitarnya.
2.
Bhuana Alit
Semua yang ada di alam
semesta ini berasal dari sumber yang sama.
“So ‘bhidhyāyā çarῑrat swātsisrksur wiwidhāh prajāḥ, apa ewasasarjadan tasu bija mawa bijat”
( Manavadharmaśāstra I.9 )
Artinya :
Ia Tuhan yang menciptakan
dari dirinya sendiri semua makhluk yang beraneka ragam, mula-mula dengan
pikiran-Nya, terciptalah air dan melekatlahbenih-benih kehidupan pada air itu.
“Ewammetairidam sarwam manniyoganmahatmabhih yathakarma
tapoyogatsrstam sthawarajabggamam”
(Manavadharmaśāstra I.20)
Artinya :
Masing-masing unsure ala
mini berturut-turut mengandung unsure-unsur alam yang mendahuluinya sehingga
masing-masinh unsure mempunyai sifat bermacam-macam sesuai dengan tempat urutan
serta sifat-sifat alam yang dikandungnya.
“yan satwika ikang Citta,
ya hetuning atma pamanggihakeng kamoksan, apan ya nirmala, dumeh ya
gumawayakenrasa ning agama lawan wekasning guru “
( Wrhaspati Tattwa,20)
Artinya :
Apabila satwa citta itu,
itulah sebabnya atma menemukan kemoksaan atau kelepasan, oleh karena ia suci,
menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru.
“yapwan pada gong nikang satwa lawan rajah, yeka matangyan
mahyun magawaya dharma denya, kakadi, pwakang dharma denya kalih, ya ta
mayangyan mulih ring swarrga, apan ikang satwa mahyun ing gawe hayu, ikang
rajah manglakwaken”
(Wrhaspati Tattwa, 21)
Apabila sama besarnya
antara satwa dan rajah, itulah sebabnya ingin mengamalkan dharma karenanya
berhasillah dharma itu olehnya berdua, itulah menyebabkan pulang ke surge,
sebab satwa ingin berbuat baik, si rajah itu yang melaksanakan.
“Yan pada gongnya ketelu, ikang satwa rajah tamah, ya ta
matangnyan pangjadma manusa apan pada wineh kahyunnya”
(Wrhaspati Tattwa. 22)
Artinya :
Apabila sama besarnya
ketiga (guna) satwa, rajah, dan tama situ, itulah yang menyebabkan, menjelmanya
manusia, karena sama memberikan kehendaknya atau keinginannya.
“Yapwan cittwa si rajah mangang, kroddha kewala, sakti pwa
ring gawe hala, ya ta hetuning Atma tibeng neraka”
(Wrhaspati Tattwa 23)
Artinya :
Apabila citta si rajah
besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebabkan atma
jatuh ke Neraka.
“Yapan tamah mangong ring Citta ya hetuning atma matemahan
tiryak, yan tan dadi ikang dharmasadhana denya pangdadi ta ya janggama”
(Wrhaspati Tattwa 24 )
Artinya :
Apabila tamah yang lebih
besar daripada citta, itulah menyebabkan atma menjadi binatang, ia tidak dapat
melaksanakan dharma olehnya, yang menyebabkan menjadi tumbuh-tumbuhan.
E.
Proses Pralaya Bhuana Agung dan
Bhuana Alit
Ketika
alam semesta ini meniada disebut “pralaya” atau Brahmā Nakta” atau malam hari Brahmā. Jika masa srsti atau Brahmadiva
digabungkan dengan masa pralaya maka disebut satu hari Brahmā atau satu “kalpa”. Peristiwa atau proses terjadinya alam
semesta ini berlangsung secara berjenjang.
Kitab
Agastya Parwa menyebutkan sebagai berikut :
“ Catwibuthanam asesan, kalagni
dahanat pura, na ratri bodhi wa surya, na candra an wa tarakah”. Risedeng
tekeng maha Pralaya, hiking ikang catur bhuta, tekeng bhur, bhuwah swah,
nguniwahneh tang sapta patala, basmi bhuta tekeng dewata nya de nikang kalagni
Rudra, Brahma Wisnu, Surya, Candra, naksasatragna kapralina sira kabeh, sunya
rikang kala nguluwung ikang rat, aking Bhatara Sada Siva sira hana, Sang
Wiratmakaswabhawa, Sang luput ring sekala niskala, sira Bhatara sarwa ngaran
ira, mahyun pwa sira nagaweya Srsti, rep wijil tang catur bhuta.
( Agastya Parwa, 343. 25 )
Artinya :
Pada waktu kiamat ( Maha Pralaya )
lenyaplah ke empat unsure benda dunia, hawa, dan langit. Tujuh lapisan dunia
lenyap bersama dewatanya oleh karena api pemusnah Rudra (kodrat untuk
melenyapkan ), Brahmā (kodrat untuk menciptakan), Visnu
(kodrat untuk memelihara) alam semesta, matahari, bulan, bintangn semuanya
hilang musnah. Sunyi senyap tatkala itu, kosong alam semesta, hanya Tuhan
Saddha Siva yang ada yang bersifat tidak dapat dibayangkan, yang luput dari
sekala-niskala, berwujud gaib. Beliau disebut Tuhan seru sekalian alam. Berkehendaklah
beliau mengadakan ciptaan maka timbullah empat unsure alam semesta itu,
demikianlah terjadinya.
Ketika hancurnya dunia ini di segala
ruang jagat raya dipenuhi hawa kemerah-merahan dengan gejala gerak yang sangat
hebat disertai suara dentuman halilintar sambung-menyambung dengan dasyat.
Demikianlah masa pralaya terjadi yang berlangsung selama satu “kalpa” alam
semesta ini menjadi kosong adanya. Menurut perhitungan bahwa satu kalpa itu
kurang lebih 432 juta tahun, yang juga disebut satu tahun Tuhan. Maha kalpa
umurnya kurang lebih 311.040.000.000.000 tahun. Kitab Bhagavadgῑtā III. 24. menjelaskan sebagai berikut
:
utsῑdeyur ime lokā na kuryāṁ karma ced aham sańkarasya ca kartā syām upahamnyām imāḥ prajāḥ
artinya :
jika Aku
berhenti bekerja, dunia ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan
memusnahkan manusia ini semua.
1 Comments
lengkap! Mantap :)
ReplyDelete