bhuana agung dan bhuana alit




 BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT


A.    Pendahuluan
Keberadaaan alam semesta ini, Bhuana Agung dan Bhuana Alit tidak dapat terlepas dari keberadaan brahman. Kurun waktu Brahman menciptakan semua yang ada ini dimulai pada masa srsthi. Suatu saat bila beliau menghendaki maka semua yang ada akan kembali kepadanya. Periode tersebut disebut dengan istilah pralaya. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan hal tersebut akan terjadi.
Dalam Bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian bhuana agung dan bhuana alit, proses terciptanya bhuana agung dan bhuana alit, sloka dan mitologi penciptaan bhuana agung dan bhuana alit, dan proses pralaya bhuana agung dan bhuana alit.

B.    Pengertian Bhuana Agung dan Bhuana Alit
1.      Bhuana Agung
Kata Bhuana Agung berasal dari kata bhuana dan agung. Bhuana berarti dunia, jagat, benua, sedangkan kata agung berarti besar,mulia luhur ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.12-147,tahun 1995). Bhuana agung merupakan salah satu dari berbagai istilah yang digunakan dalam agama Hindu untuk menyebutkan alam semesta. Bhuana agung juga disebut “makrokosmos, jagat raya,alam besar, dan brahmanda”. Semua gugusan ; matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Bhuana Agung. Kitab Brhad Aranyaka Upanisad, menjelaskan bahwa Bhuana Agung diciptakan oleh Tuha. Sang Hyang Widhi yang bersifat abstrak diwujudkan dalam bentuk personifikasi sebagai alam semesta ini. Mengenai keberadaan Bhuana Agung ini, Kitab suci Weda menjelaskan sebagaimana petikan sloka berikut.

Aum usa va asvasya medhyasya sirah,suryas caksuh vatah pranahvyattam agnirvaisvanararah samvatsara atma svasya medhyasya, dyauh, prstham, atariksam udaram prthiwi pajsyam, disah parsve, avantaradisah parsavah rta vongani, masascardhmasas ca parvani ahoratrani prathistah, naksa trany asthini nabho manusani, urvadhayam sikatah, shindavo gudah, yakre ca klomanis ca parvatah, asadhayas ca vanaspatayas ca lomani, udyan parvadhah, nimlocan jaghanardhah, yad vrjrmbate tat vrjyotate, yad vidhu nute tat, sthanayati, yan mehati tad varsati vag evasya vak.”
(Brhad Aranyaka Upanisad,1.1).
Artinya :
“ Aum sesungguhnya, fajar adalah kepala dari kuda yadnya, matahari adalah matahari, agni adalah nafasnya, mulutnya yang terbuka adalah api vaisavanara, tahun adalah tubuh dari kuda yadnya, langit adalah punggungnya, antariksa adalah perutnya, bumi sebagai telapak kakinya, mata angin sebagai sisi-sisinya, mata angin adalah rusuk-rusuknya, musim adalah anggota-anggota tubuhnya,bulan, dan tengah bulan sebagai persendian, siang dan malam adalah kakinya, dagingnya makanan perut, sungai adalah urat darahnya, hati dan bintang-bintang adalah sebagai tulangnya, mendung sebagai paru-parunya gunung-gunung, pohon-pohon obat dan pepohonan adalah rambutnya, matahari terbit adalah bagian depannya dan matahari terbenam adalah bagian belakangnnya, etika ia menguap maka terjadilah petir dan ketika ia menggoyangkan tubuhnya terjadilah geledek, ketika ia membuang air kecil terjadilah hujan, suara sesungguhnya adalah suaranya.”

2.      Bhuana Alit
Hidup dan berkehidupan di antara yang tercipta termasuk manusia ( Bhuana Alit ) di alam semesta ini dengan Bhuana Agung tak dapat dipisahkan. Karena sesungguhnya semua yang ada ini berasal dari satu sumber pencipta. Unsur-unsur penciptaannya pun diyakini berasal sumber bahan yang sama. Bhuana Alit atau sering disebut dengan Mikrokosmos adalam alam kecil ( isi dari alam semesta ) seperti, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan yang lainnya.

C.     Proses terciptanya Bhuana Agung dan Bhuana Alit
1.     Bhuana Agung
Meski tiada orang yang tahu mengenai tercipta Bhuana Agung, namun oara ahli mencoba untuk menafsirkan keberadaannya. Alam Semesta ini pernah tidak ada, lalu menjadi ada dan akan tidak ada, begitu pula seterusnya. Pada alam semesta ini “ada” disebut masa “Sṛṣti” atau “Brahmadiva”. Bagaimana semua itu terjadi?
Menurut ajaran Agama Hindu dinyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari Bhatara Siva. Proses terjadinya alam semesta ini terjadi secara bertahap. Dimulai dari tahap yang sangat teramat halus dan gaib, berevolusi ke tahap yang semakin kasar atau nyata. Disebutkan ada dua belas tahapan atau jenjang yang disebut dengan istilah “ tattwa rwaelas” diantaranya, bhatara siva (Rudra), sang purusa (Brahmā), awyakta (Wisnu), bhudi yang bersifat sattwa, ahamkara yang bersifat rajah, Pañca Tanmātra yang bersifat tamah, manah, akasa, bayu, agni, apah, dan pthiv.
            Bhatara Siva yang juga disebut Rudra, merupakan asal mula dari alam semesta ini. Beliau berkeadaan sunya, mutlak, absolute, kekal abadi, dan amat abstrak. Dari Bhatara Siva muncullah Sang Purusa, “Brahmā” yang merupakan benih kehidupan. Beliau bersifat abadi, “nitya”, tidak dapat ditangkap oleh indriya, tidak dapat dibayangkan.
            Awyakta adalah asas material yang tanpa kejiwaan. Dari awyakta muncullah budhi yang ersifat sattwa. Budhi adalah asas intelegensinya kesadaran. Dari budhi muncullah ahamkara yang bersifat rajah. Ahamkara adalah asas individualism yang mengaku lebih dan tidak mau mengaku rendah. Dari ahamkara muncullah Pañca Tanmātra yang bersifat tamas dan terdiri atas ; sabda, sparsa, rupa, rasa, dan gandha. Dari Pañca Tanmātra kemudian muncullah manah yang merupakan asas akal dan pikiran.
            Dari manah muncullah ākāśa yang bersifat sabda, yaitu benih suara. Dari ākāśa muncullah vāyu yang bersifat sabda dan sparsa. Dari vāyu muncullah agni yang ersifat sabda, rupa, rasa. Dari agni muncullah āpa yang bersifat sabda, sparsa, rupa, dan rasa. Dari āpa muncullah pthiv yang bersifat sabda, sparsa, rupa, rasa, dan gandha. Kedua jenis unsur Pañca Tanmātra dan Pañca Mahābhūta inilah yang menjadi pembangun dari Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Tuhan menciptakan alam semesta dan isinya berdasarkan “tapa”.
Dari tapa-Nya muncullah dua kekuatan yang saling melengkapi “purusa dan prakrti”. Selanjutnya muncul unsur-unsur Manas (pikiran), Bhudi (akal-budi), Ahamkara (ego), eter, udara, api, air, dan tanah. Unsur-unsur inilah yang akan membentuk Bhuana Agung dan Bhuana Alit secara fisik. Unsur-unsur tersebut dilengkapi dengan kekuatan yang lebih tinggi yang disebut “jiwa”.  
Sebelum diciptakan, alam semesta ini tidak ada apa-apa, hanya ada Sang Hyang Widhi yang disebut “Parama Siva” atau Nirguna Brahmā yang berwujud sunyi, kosong dan hampa. Kemudian Parama Siva menjadikan diri-Nya sebagai atau Saguna Brahmā. Dalam keadaan demikian, Tuhan telah berwujud “purusa” dan prakrti”. Purusa adalah unsur dasar yang memiliki kejiwaan atau rohani, sedangkan prakrti adalah unsur dasar yang bersifat kebendaan. Purusa dan prakrti memiliki sifat yang sangat halus dan tanpa permulaan. Kitab Bhagawadtā mnyebutkan sebagai berikut.
Ketahuilah bahwa prakrti dan purusa kedua-duanya adalah tanpa permulaan, dan ketahuilah juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari prakrti.
Berdasarkan penjelasan dari kitab tersebut dapat dikemukakan bahwa, purusa dan prakrti bekerja sama yang menyebabkan adanya alam semesta ini secara bertingkat. Dan dari kitab tersebut dapat disimpulkan pula bahwa Tri Guna lahir dari prakrti.
2.     Bhuana Alit
Mengenai hal ini, Kitab Svetara Upanisad menjelaskan sebagai berikut :
Wiswatas caksur uta wiswato bahur utwiswatapat, sambahu-bhayam dhamati saptatatrair tyawa bhumi jana yan dewa ekah
(Svetara Upanisad III.3)
Artinya :
Rudra setelah menciptakan bumi dan segala isinya lalu member tangan kepada manusia dan member sayap kepada burung-burung. Beliau juga menjadi mata dari semua makhluk hidup, menjadi wajah/muka semua makhluk, bahkan menjadi kaki dari semua makhluk.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa, setelah Tuhan menciptakan Bhuana Agung lalu beliau berkehendak menciptakan isi dari alam semesta. Badan dari manusia, hewan, atau tumbuhan sebagai isi dari alam semesta dinamakan Bhuana Alit. Penciptaan makhluk hidup berawal dari makhluk hidup terendah hingga makhluk hidup tertinggi.
Manusia disebut-sebut sebagai makhluk yang tertinggi diantara makhluk lainnya. Berawal dari bayi lalu tumbuh hingga dewasa dan tua. Berikut ini dijelaskan bagaimana bayi dapat dilahirkan :
Bayi dalam kandungan dapat terwujud berkat pertemuan antara kama petak dengan kama bang yang juga disebut sukla dan swanita. Kama petak disebut sukla, sel laki-laki atau sperma yang disimbulkan dengan Sang Hyang Smara, sedangkan kama bang disebut swanita, sel wanita atau ovum yang disimbulkan dengan Dewi Ratih. Pertemuan antara sel laki-laki dan sel wanita pada saat bersetubuh mengakibatkan terjadinya pembuahan atau fertilisasi. Lontar Anggastyaprana menjelaskan sebagai berikut :
Pertemuan kama petak dengan kama bang disebut Sang Ajursulang. Luluhnya pertemuan kedua kama itu menjadi satu disebut dengan Sang Bubu Rumaket. Pada saat itulah datang Sang Hyang Nilakanta menganugrahkan  berkah sehingga mengentallah kedua kama itu bagaikan telur yang disebut dengan nama Sang Antigajati. Telur yang telah dihasilkan di dalam tuba ampulla yang digetarkan oleh rambut halus selaput lender pada dinding tuba menyebabkan telur itu masuk lebih jauh ke dalam tuba, akhirnya sampai ke dalam rahim dan melekatkan dirinya pada lapisan endometrium. Peristiwa ini disebut implantasi atau nidasi. Dengan demikian semakin jelaslah bahwa pertemuan antara sukla dan swanita terjadi pembuahan yang disebut sygote atau Sang Hyang Antigajati yang kemudian disebut dengan nama manik. Manik itu masuk ke dalam garbha-pradhana ( perut sang ibu ) dan akhirnya nidasi (mengendap ) dalam kunda cacupu manik yang disebut rahim atau uterus. Kuba cacupu manik itu juga disebut iwapadha atau mula-dhara. Selanjutnya, manik yang mengendap pada kunda cacupu manik mengalami proses pertumbuhan yang semakin hari semakin membesar serta mengubah dirinya sehingga akhirnya membentuk dan lahirlah seorang bayi “ Bhuana Alit”.
Bersumber dari ajaran Agama Hindu, seseorang hendaknya bersyukur dapat dilahirkan sebagai manusia, karena hanya manusialah yang dapat menyelamatkan dirinya dari kesengsaraan dan menuju kebahagiaan yang sejati. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa setelah terciptanya alam semesta ini adalah sebagai berikut.


ü  Kelompok Eka Pramana, yaitu makhluk hidup yang memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yaitu vāyu. Makhluk hidup ini dikenal dengan nama “sthawara”, yaitu makhluk hidup yang hidupnya tidak berpindah-pindah contohnya tumbuh-tumbuhan. Yang tergolong “sthawara” antara lain :
1.      Trana (bangsa rumput) baik yang hidup di air maupun di darat.
2.      Lata ( bangsa tumbuhan menjalar ) yang keadaan hidupnya menjalar pada tanah atau pada pohon lainnya.
3.      Taru ( bangsa semak dan pepohonan).
4.      Gulma (bangsa pohon yang bagian luar pohon bersangkutan berkayu keras dan bagian dalamnya berongga atau kosong ).
5.      Janggama ( bangsa tumbuhan yang hidupnya menumpang pada tumbuhan yang lain.
ü  Kelompok Dwi Pramana adalah makhluk hidup yang memiliki dua kekuatan dalam hidupnya yaitu vāyu dan sabda. Makhluk hidup ini juga dikenal dengan sebutan satwa atau sato yang merupakan bangsa binatang. Adapun yang termasuk makhluk hidup margasatwa yang diciptakan oleh Tuhan antara lain :
1.      Swedaya ( bangsa binaang satu sel ) yang hidupnya di air atau tanah basah.
2.      Andaya ( bangsa binatang yang bertelur ) yang biasanya hidup di air, di darat, ataupun di atas pohon.
3.      Jarayudha ( bangsa binatang yang menyusui ), yakni baik binatang pemakan rumput maupun binatang pemakan daging.
ü  Kelompok Tri Pramana adalah makhluk hidup yang memiliki tiga kekuatan dalam hidupnya yaitu, vāyu, sabda, dan idep. Makhluk hidup ini juga dikenal dengan sebutan manusya. Manusia dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
1.      Nara merga ( manusia binatang ). Para seniman Hindu meluikiskan keberadaan manusia ini sebagai manusia yang memiliki salah satu anggota tubuhnya menyerupai hewan.
2.      Waman ( manusia kerdil ). Makhluk hidup ciptaan Tuhan sebagaimana manusia hanya saja mereka memiliki postur tubuh yang lebih kecil.
3.      Jatma “manusya” adalah manusia yang sempurna, yaitu manusia yang telah memiliki sikap mental;beriman,terpelajar, berbudi luhur,cakap dan terampil, berkepribadian mandiri dan mantap, serta bertanggung jawab terhadap sesame masyarakat,nusa,dan bangsa.
Selain jenis manusia yang telah disebutkan di atas, terdapat juga jenis-jenis manusia lainnya. Jenis manusia yang dimaksud berdasarkan atas sifat dan jenis kelaminnya diantaranya :
1.      Manusia laki-laki “purusa” adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan dominan bersifat kelaki-lakian.
2.      Manusia perempuan “predana” adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan dan dominan bersifat kewanitaan.
3.      Manusia banci adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan bersifat perempuan atau manusia yang berjenis kelamin perempuan bersifat laki-laki.
Kelahiran sebagai manusia tak lepas dari karma wesana masing-masing. Keberadaan karma wesana memiliki keterkaitan dengan jiwa-atma. manusia merupakan bagian dari Bhuana Alit, sedangkan Bhuana Alit dan Bhuana Agung diciptakan oleh Tuhan dari unsure yang sama, yaitu “purusa dan prakrti “. Oleh karena itu, di dalam diri manusia pun terdapat kedua unsure tersebut. Pada diri manusia unsure purusa itu menjadi jivātmā, sedangkan unsur prakrti menjadi badan kasar atau Athula sarira. Jivātmā disebut suksmasarira. Suksmasarira terjadi dari budhi,manas, dan ahamkara. Budhi, manas, dan ahamkara disebut Tri Antah Karana ( tiga penyebab akhir ). Masing-masing bagian dari Tri Antah Karana memiliki fungsi sebagai berikut :
a.      Budhi berfungsi untuk menentukan keputusan.
b.      Manas berfungsi untuk berpikir.
c.       Ahamkara berfungsi untuk merasakan dan bertindak.
Keberadaan Tri Antah Karana merupakan alat batin manusia yang sangat menentukan watak seseorang. Kitab Sārasamuccaya menyebabkan sebagai berikut :
“ Mano hi mūlam sarwesām indrayāṇam prawartate, śubhāśubhā swawasthāsu kāryam tat suvyavasthitam.
Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, maprawtti ta ya ring subhāsubhakarma, matangyan ikang manah juga prihen kahtanya sakareng”.
( Sārasamuccaya, 80)
Artinya :
Sebab pikiran itu namanya adalah sumbernya indriya, ialah yang menggerakkan perbuatan baik buruk itu, karena itu, pikirkanlah yang patut segera diusahakan pengendaliannya. Indriya manusia ada sepuluh banyaknya yang sering disebut dengan nama dasendriya.
   Kesepuluh indriya ini dikelompokkanmenjadi dua bagian yaitu :
a.      Pañca Buddhndriya, yaitu lima macam indriya yang terdapat pada manusia untuk mengetahui sesuatu, yang terdiri atas :
1.      Caksuindriya ( indriya pada mata )
2.      Srotendriya ( indriya pada teling )
3.      Ghranendriya ( indriya pada hidung )
4.      Jihvendriya ( indriya pada lidah )
5.      Twakindriya ( indriya pada kulit )
b.      Pañca Karmendriya adalah lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk melakukan sesuatu, terdiri atas :
1.      Panindriya ( indriya pada tangan )
2.      Padendriya (indriya pada kaki )
3.      Garbhendriya ( indriya pada perut )
4.      Upasthendriya/ bhagendriya ( indriya pada kelamin laki-laki dan kelamin perempuan.
5.      Payuindriya ( indriya pada pelepasan/anus )
Pañca Buddhndriya dan Pañca Karmendriya tersebut terjadi karena ahangkara yang mendapat pengaruh dari guna satwa. Disebutkan pula bahwa garbhendriya sebagai bagian dari Pañca Karmendriya bersinergis dengan wakindriya. Manas yang merupakan bagian dari “Tri Antah Karana” berkedudukan sebagai rajandriya, yaitu raja dari indriya atau dengan kata lain semua indriya berpusat pada pikiran “manas”.
      Sthulasarira terjdi sebagai akibat dari Pañca Tanmātra yang berevolusi. Sedangkan Pañca Tanmātra terjadi akibat ahangkara yang mendapat pengaruh dari guna tamas. Adapun unsure-unsur dari Pañca Tanmātra  adalah  :
1.      Sabda Tanmātra ( bekas-bekas suara )
2.      Sparsa Tanmātra ( bekas-bekas rasa yang berasal dari sentuhan )
3.      Rupa Tanmātra ( bekas-bekas cahaya )
4.      Rasa Tanmātra ( bekas-bekas rasa yang pernah dikecap )
5.      Gandha Tanmātra ( bekas-bekas bau )
Unsure-unsur Pañca Tanmātra selanjutnya mengalami evolusi  yang kemudian menjadi Pañca Mahābhūta. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.      Sabda Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi akasa atau eter dan dalam bentuk Bhuana Alit berwujud segala rongga dalam tubuh. Perasaaan malu, marah, kagum, dan ramah tamah yang dirasakan Bhuana Alit bersumber dari akasa atau eter.
2.      Sparsa Tamnātra dapat berubah bentuk menjadi wayu dan dalam Bhuana Alit berwujud nafas dan udara. Wayu adalah benih-benih udara yang dalam Bhuana Alit menjadi tenaga penggerak.
3.      Rupa Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi teja, yaitu zat panas dan dalam bentuk Bhuana Alit berwujud panas badan dan segala yang panas serta bercahaya. Teja dalam Bhuana Alit dapat menimbulkan rasa ngantuk, rasa lapar dan rasa giat untuk bangkit.
4.      Rasa Tanmātra dapat berubah bentuk menjadi apah, yaitu buih-buih air yang dalam Bhuana Alit berwujud darah dan segala yang bersifat cair.
5.      Gandha Tanmātra dapat berubah menjadi pthiv, yaitu zat pada yang dalam Bhuana Alit berwujud tulang, otot, dan segala yang bersifat padat.
Terkait dengan keberadaan sthulasarira disebutkan bahwa manusia memiliki unsure-unsur sebagai berikut :
1.      Sad Kosa, yaitun enam lapis pembungkus sthulasarira terdiri atas sebagai berikut :
a.      Asti atau tawulan ( tulang )
b.      Odwad ( otot )
c.       Mamsa ( daging )
d.      Rudhira (darah )
e.      Carma ( kulit )
2.      Dasa Vayu atau Dasa Prana, yaitu sepuluh macam udara dalam badan manusia, yang terdiri atas :
a.      Prana ( udara pada paru-paru )
b.      Samana ( udara pada pencernaan )
c.       Apana ( udara pada pantat )
d.      Udana ( udara pada kerongkongan )
e.      Byana ( udara yang menyebar ke seluruh tubuh )
f.        Naga ( udara pada perut yang keluar dari saat mengempis )
g.      Kumara ( udara yang keluar dari badan, tangan, dan jari )
h.      Krakara ( udara pada saat bersin )
i.        Dewadatta ( udara pada saat menguap )
j.        Dananjaya ( udara yang member makan pada badan ).
Sedangkan yang berhubungan suksmasarira terdapat lima macam unsure yang disebut “Pañca Mayakosa “, yaitu lima macam unsure pembungkus suksmasarira diantaranya :
a.      Anamaya kosa ( unsure pembungkus yang berasal dari sari makanan )
b.      Pranamaya kosa ( unsure pembungkus yang berasal dari sari napas )
c.       Wijnanamaya kosa ( unsure pembungkus yang berasal dari sari pengetahuan )
d.      Manomaya kosa ( unsure pembungkus yang berasal dari sari pikiran )
e.      Anandamaya kosa ( unsure pembungkus yang berasal dari kebahagiaan ).
Penggabungan dari Rajendriya, Pañca Karmendriya, dan Pañca Buddhindriya disebut dengan nama Eka Dasendriya, yaitu sebelas indriya yang terdapat pada manusia. Pembentukkan Bhuana Alit merupakan penggabungan dari seluruh unsure yang bersumber dari maya, seperti citta, budhi, manas, ahamkara sehingga muncullah Bhuana Alit dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Kesluruhan Bhuana Alit yang ada di alam semesta ini sangat tergantung pada persentase dari banyak dan sedikitnya penggabungan unsure-unsur maya. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan antara Bhuana Alit, seperti manusia dengan binatang.
D.    Sloka dan Mitologi Penciptaan Bhuana Agung dan Bhuana Alit
1.     Bhuana Agung
Kitab suci Veda dan sastra agama Hindu banyak menjelaskan mengenai terciptanya alam semesta ini. Berikut merupakan sloka yang dimaksud :
Kitab Chandayoga Upanisad menyebutkan sebagai berikut :
Idam wa agranaiwa kincit asit, sadwa saumnya idam agra asit, ekam eva adwitya”.
Artinya :
Sebelum sesuatu diciptakan alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Sang Hyang Widhi yang ada, mahaesa tiada duanya.


āsididam tamobhūtamaprajnātam alakaapratarkya mawijneyam prasuptaniwa sarwatah “.
 ( Manavadharmaśāstra I.5 )
Artinya :
Alam semesta ini pada mulanya adalah berbentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri-ciri sama sekali, tak kan terjangkau oleh daya pikiran, tak dapat dikenal, seolah-olah sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling nyenyak.

“ Tapo wacam ratim caiwa ca krodhamewaca, Srstim sasarja caiwemam srastumicchanimah prajah”.
(Manavadharmaśāstra I.25 )
Artinya :
Ketawakalan, ucapan kesenangan, nafsu, dan kemarahan dan segala isi alam, Tuhan ciptakan karena ia ingin menciptakan segala makhluk ini.

“ bhūmir āpo ‘nado vāyu kha mano buddhir eva ca, ahańkāra itya me bhinnā praktir aadhā”.
( Bhagavadgtā,VII.4 )
Artinya :
Tanah, air, api, dan udara, ether, akal budhi, pikiran, den ego merupakan unsure alam-Ku. Selanjutnya disebutkan sebagai berikut :
“apareyam itas tv anyāṁ prakti viddhi me parām, tvabhūtāṁ mahābāho yayeda dhāryate jagat”.
 ( Bhagavadgtā.VII.5 )
Artinya :
Inilah unsure alam-Ku yang lebih rendah dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi oh Mahabahu, unsure hidup, yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini.

“ annād bhavanti bhūtāni parjanyād anna-sambhavaḥ yajñāad bhavati parjanyo yajñaḥ karma-samudbhavaḥ”
( Bhagavadgtā III. 14 )
Artinya :
Karena makanan makhluk menjadi hidup, karena hujan makanan tumbuh, karena persembahan hujan turun dan persembahan lahir karena karma.
Selanjutnya disebutkan :
“karma brahmodbhavaviddhi brahmākara-samudbhavam tasmāt sarva-gata brahma nitya yajñesprati hitam”
(Bhagavadgtā III. 15 )
Artinya :
Ketahuila, kegiatan kerja lahir dari Brahman dan Brahman datang dari yang maha esa, dari itu Brahman yang melingkupi semua selalu ada di sekitar persembahan.

“ prakti purua caiva viddhy anād ubhāv api vikārāṁś ca guṇāṁś caiva viddhi prakti-sambhavān”
( Bhagavadgtā XIII.19 )
 Artinya :
Ketahuilah bahwa prakrti dan purusa kedua-duanya adalah tanpa permulaan, dan ketahuilah juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari prakrti.

Pada jagat raya terdapat lapisan menuju ruang jagat raya yang disebut “ Sapta Loka “ yang terdiri dari :
a.      Bhur loka ( alam manusia )
b.      Ghuwah loka ( alam pitara )
c.       Swah loka ( alam dewa )
d.      Maha loka
e.      Jana loka
f.        Tapa loka
g.      Satya loka
Tingkatan-tingkatan lapisan tersebut di atas  terjadi sebagai akibat dari kuat atau lemahnya menuju panas inti bumi atau “kalagni Rudra” disebut Sapta Patala diantaranya :
1. Atala
Wilayah pertama dari patala, disini tinggal Bala, putra terkenal dari Maya. Ia mampu menciptakan 96 jenis seni magic dan dapat memenuhi apa saja yang diminta seseorang kepadanya. Kemampuan magic tersebut sampai sekarang masih digunakan di sana. Ketika Baa menguap, tiga macam wanita keluar dari mulutnya. Puniscalis (pelacur ), svairini (perempuan pezina), dan kamini ( wanita penuh nafsu birahi ). Ketika wanita itu memiliki pesona yang disebut hataka untuk menggoda siapa saja yang memasuki wilayah tersebut.
2.      Vitala
Tempat ini merupakan tempat tinggal Hatakosvara yang tidak lain adalah paramasiva. Dewata agung ini diikuti oleh Bhavanidevi dan dikelilingi oleh “ pramthagana” ( tokoh-tokohkedewataan yang berkunjung kepadanya ), dipuja oleh para dewata, tempat ini dihuni oleh praja yang diciptakan oleh Brahma. Sperma yang kuat dari pertemuan parvati-pramesvara mengalir seperti sungai bernama hataki. Emas bernama hataka dimuntahkan oleh angin pusaran agni setelah meminum “rasa” dari sungai itu. Para istri daitya mengenakan perhiasan yang dibuat dari emas itu.
3.      Sutala
Tempat tinggal Mahabali. Di sini hidup Mahabali yang bermeditasi kepada Visnu yang lebih agung dari Indra. Untuk menyenangkan Dewa Indra, Maha Visnu suatu hari mengunjungi Mahabali dan dengan tipuan mengambil semua kekayaan dan mengikatnya dengan varunapala yang melemparkannya ke Sutala dengan membuat lubang di bumi. Akhirnya Mahavisnu menyadari kelakuannya yang keliru mendorong Mahabali dari bumi dengan tipuan dan mengobatinya serta menebus dosanya hingga sekarang ia menjadi penjaga pintu gerbang Mahabali di Sutala. Suatu hari Rawana datang ke Sutala untuk menyerang Mahabali dan saat itu Mahavisnu yang menjaganya dalam wujud Vamana yang kemudian diberikan kepada Rawana serta mengirimkannya kembali.
4.      Talatala
Tempat ini tempat tinggal Maya. Maya ini memiliki kemampuan sihir yang luar biasa diantara para raksasa. Setelah Tri Pura Dahana (membakar tiga raksasa hingga mati), Siva member rahmat kepadanya dan kemudian ia hidup sebagai Tripura Dhipati (pemimpin Tripura) di Talatala. Maya adalah guru dari para raksasa ahli sihir, demikian pula raksasa yang wajahnya mengerikan senantiasa memuja dia.
5.      Mahatala
Merupakan tempat tinggal Kadraveya. Mereka memperoleh nama demikian karena semuanya adalah putra-putra Kadru, seekor kobra. Semua kobra nampaknya menakutkan, memiliki bermacam-macam kepala dan sifatnya beracun. Di antara tokoh-tokoh kobra tersebut adalah Kuhaka, Taksaka, Susena, dan Kaliya. Semuanya itu adalah ular-ular yang kurus dan panjang, tetapi memiliki tudung kepala yang besar dan sangat kuat. Ular-ular yang tabiatnya tidak baik tersebut hidup bersama keluarga mereka dan sangat takut terhadap burung Garuda.
6.      Rasatala
Merupakan tempat tinggal raksasa Nivata Kavaca-Kalakaya yang terkenal sangat jahat. Mereka adalah musuh para dewa dan mereka menghukum dengan berbagai cara. Atas keagungan Mahavisnu mampu melemahkan kekuatan raksasa tersebut. Mereka kini tinggal di Rasatala, sangat takut dihukum dan dipukul oleh tongkat sihir dari sarama, perwujudan sebuah mantra atau mantra rupini yang dikuasai oleh Indra.
7.      Patala
Merupakan tempat tinggal para naga (ular). Adapun para “Nagaloka-dhipati”, pimpinan tertinggi para naga adalah Vasuki, Sauka, Gulika, Sueta, dan Devadatta yang tinggal dan hidup di sini. Mereka ular naga yang sangat kuat, badannya besar dan panjang, ular beracun yang sangat sadis dengan sifatnya yang sangat jahat. Mereka semuanya memiliki tudung kepala yang sangat lebar beberapa buah, dari lima hingga seratus buah, dan cahaya kepala seperti berlian, yang menjaga patala dengan penuh kewaspadaan.
  Pada dasar patala, terdapat alam lain yang terpisahkan, seluas 30.000 yojana. Di tempat ini sifat tamasika visnukala bertempat tinggal dengan nama Ananta Adisesu  atau Ananta yang merupakan manifestasi dari Visnu Kala. Sri Ananta memperoleh nama Sankarsana yang berarti seorang yang dengan bangga dan arogan segala sesuatu yang baik yang kelihatan maupun yang tidak Nampak. Putrid-putri dari para raja naga semuanya cantik-cantik seperti bidadari, sehat, dan badannya bercahaya. Mereka melumuri tubuhnya dengan lulur yang harum dibuat dari gaharu, cendana, dan kunyi. Mereka semua berdiri mengelilingi Adisesa dengan senyuman yang mempesona dan gerakan tatapan mata yang mengandung pesona asmara. Adisesa yang agung, berbudi pekerti luhur, dan amat terkenal dikelilingi olehpara naga untuk kesejahteraan seluruh jagat raya. Ia duduk disana dengan dipuja oleh para bunga “ vaijayanti”, dan dengan kalung bungan yang harum, berpakaian biru, dan perhiasan pada telinga dan leher, memegang senjata halayudha. Menahan kemarahannya, Nampak tenang dan tentram, menyenangkan bagi yang memandang di sekitarnya.
2.     Bhuana Alit
Semua yang ada di alam semesta ini berasal dari sumber yang sama.
“So ‘bhidhyāyā çarrat swātsisrksur wiwidhāh prajāḥ, apa ewasasarjadan tasu bija mawa bijat”
( Manavadharmaśāstra I.9 )
Artinya :
Ia Tuhan yang menciptakan dari dirinya sendiri semua makhluk yang beraneka ragam, mula-mula dengan pikiran-Nya, terciptalah air dan melekatlahbenih-benih kehidupan pada air itu.

“Ewammetairidam sarwam manniyoganmahatmabhih yathakarma tapoyogatsrstam sthawarajabggamam”
(Manavadharmaśāstra I.20)


Artinya :
Masing-masing unsure ala mini berturut-turut mengandung unsure-unsur alam yang mendahuluinya sehingga masing-masinh unsure mempunyai sifat bermacam-macam sesuai dengan tempat urutan serta sifat-sifat alam yang dikandungnya.

“yan satwika ikang Citta, ya hetuning atma pamanggihakeng kamoksan, apan ya nirmala, dumeh ya gumawayakenrasa ning agama lawan wekasning guru “
( Wrhaspati Tattwa,20)
Artinya :
Apabila satwa citta itu, itulah sebabnya atma menemukan kemoksaan atau kelepasan, oleh karena ia suci, menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru.

“yapwan pada gong nikang satwa lawan rajah, yeka matangyan mahyun magawaya dharma denya, kakadi, pwakang dharma denya kalih, ya ta mayangyan mulih ring swarrga, apan ikang satwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken”
(Wrhaspati Tattwa, 21)
Apabila sama besarnya antara satwa dan rajah, itulah sebabnya ingin mengamalkan dharma karenanya berhasillah dharma itu olehnya berdua, itulah menyebabkan pulang ke surge, sebab satwa ingin berbuat baik, si rajah itu yang melaksanakan.

“Yan pada gongnya ketelu, ikang satwa rajah tamah, ya ta matangnyan pangjadma manusa apan pada wineh kahyunnya”
(Wrhaspati Tattwa. 22)
Artinya :
Apabila sama besarnya ketiga (guna) satwa, rajah, dan tama situ, itulah yang menyebabkan, menjelmanya manusia, karena sama memberikan kehendaknya atau keinginannya.

“Yapwan cittwa si rajah mangang, kroddha kewala, sakti pwa ring gawe hala, ya ta hetuning Atma tibeng neraka”
(Wrhaspati Tattwa 23)
Artinya :
Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebabkan atma jatuh ke Neraka.



“Yapan tamah mangong ring Citta ya hetuning atma matemahan tiryak, yan tan dadi ikang dharmasadhana denya pangdadi ta ya janggama”
(Wrhaspati Tattwa 24 )
Artinya :
Apabila tamah yang lebih besar daripada citta, itulah menyebabkan atma menjadi binatang, ia tidak dapat melaksanakan dharma olehnya, yang menyebabkan menjadi tumbuh-tumbuhan.
E.     Proses Pralaya Bhuana Agung dan Bhuana Alit
Ketika alam semesta ini meniada disebut “pralaya” atau Brahmā Nakta” atau malam hari Brahmā. Jika masa srsti atau Brahmadiva digabungkan dengan masa pralaya maka disebut satu hari Brahmā atau satu “kalpa”. Peristiwa atau proses terjadinya alam semesta ini berlangsung secara berjenjang.
Kitab Agastya Parwa menyebutkan sebagai berikut :
“ Catwibuthanam asesan, kalagni dahanat pura, na ratri bodhi wa surya, na candra an wa tarakah”. Risedeng tekeng maha Pralaya, hiking ikang catur bhuta, tekeng bhur, bhuwah swah, nguniwahneh tang sapta patala, basmi bhuta tekeng dewata nya de nikang kalagni Rudra, Brahma Wisnu, Surya, Candra, naksasatragna kapralina sira kabeh, sunya rikang kala nguluwung ikang rat, aking Bhatara Sada Siva sira hana, Sang Wiratmakaswabhawa, Sang luput ring sekala niskala, sira Bhatara sarwa ngaran ira, mahyun pwa sira nagaweya Srsti, rep wijil tang catur bhuta.
( Agastya Parwa, 343. 25 )
Artinya :
Pada waktu kiamat ( Maha Pralaya ) lenyaplah ke empat unsure benda dunia, hawa, dan langit. Tujuh lapisan dunia lenyap bersama dewatanya oleh karena api pemusnah Rudra (kodrat untuk melenyapkan ), Brahmā (kodrat untuk menciptakan), Visnu (kodrat untuk memelihara) alam semesta, matahari, bulan, bintangn semuanya hilang musnah. Sunyi senyap tatkala itu, kosong alam semesta, hanya Tuhan Saddha Siva yang ada yang bersifat tidak dapat dibayangkan, yang luput dari sekala-niskala, berwujud gaib. Beliau disebut Tuhan seru sekalian alam. Berkehendaklah beliau mengadakan ciptaan maka timbullah empat unsure alam semesta itu, demikianlah terjadinya.    
      Ketika hancurnya dunia ini di segala ruang jagat raya dipenuhi hawa kemerah-merahan dengan gejala gerak yang sangat hebat disertai suara dentuman halilintar sambung-menyambung dengan dasyat. Demikianlah masa pralaya terjadi yang berlangsung selama satu “kalpa” alam semesta ini menjadi kosong adanya. Menurut perhitungan bahwa satu kalpa itu kurang lebih 432 juta tahun, yang juga disebut satu tahun Tuhan. Maha kalpa umurnya kurang lebih 311.040.000.000.000 tahun. Kitab Bhagavadgtā III. 24. menjelaskan sebagai berikut :
      utsdeyur ime lokā na kuryāṁ karma ced aham sańkarasya ca kartā syām upahamnyām imāḥ prajāḥ
artinya :
jika Aku berhenti bekerja, dunia ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini semua.


Post a Comment

1 Comments