Zaman pemerintahan raja-raja di Bali dapat dicatat
sebagai masa keemasan kesenian Bali. Pada zaman pemerintahan raja-raja di Bali,
kesenian tradisonal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini tidak
terlepas dari perhatian dan rasa cinta para raja terhadap perkembangan
kebudayaan. Jatuhnya Majapahit awal abad ke-16, telah mengakibatkan hubungan
Jawa dan Bali semakin erat. Pada masa ini banyak orang-orang Jawa yang menetap
di Bali serta menurunkan keseniannya dari generasi ke genarasi berikutnya.
Sejarah juga mencatat bahwa abad ke-16 dan ke-19 merupakan masa jayanya
kerajaan Bali dengan raja-raja seperti Dalem Waturenggong (1460-1550); Dalem
Bakung (1550-1580); Dalem Sagening (1580-1665) dan Dalem Dimade (1665-1686) dan
seterusnya. Pada masa ini kesenian Bali mencapai puncak keemasanya dengan
terciptanya tari-tarian seperti Gambuh, Topeng, Wayang Wong, Parwa, Arja,
Legong Keraton dan kesenian klasik lainya ( Bandem, 1985:5-8).
Secara historis, Gambuh merupakan kesenian istana (puri)
yang erat kaitanya dengan raja-raja pada zaman dahulu. Hal ini relevan dengan
pendapat yang mengatakan, Gambuh adalah drama klasik yang tertua di Bali dengan
mengambil lakon dari cerita panji yang menggambarkan keadaan raja atau kerajaan
di Jawa (Rota, 1977:1) Sejak zaman dahulu, Gambuh telah menjadi kesenian yang
amat dibanggakan oleh kalangan istana (Formagia, 2000:12).
Gambuh berbentuk total teater karena di dalamnya
terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama & tari, seni rupa, seni
sastra, dan lainnya.
Pementasannya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya
seperti odalan,
upacara Manusa
Yadnya seperti perkawinan
keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya
(ngaben) dan lain sebagainya.
Diiringi
dengan gamelan Penggambuhan
yang berlaras pelog Saih Pitu.
Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya
/ Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang,
Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh
tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas,
Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan
kasar.
Gambuh yang masih aktif hingga kini di provinsi Bali terdapat
di desa :
- Desa Batuan (Gianyar),
- DesaPadang Aji dan Budakeling (Karangasem),
- DesaTumbak Bayuh (Badung),
- DesaPedungan (Denpasar),
- DesaApit Yeh (Tabanan),
- DesaAnturan dan Desa Naga Sepeha (Buleleng).
Karena
di daerah batuan dahulu berbentuk batuaan, tidak adanya kegiatan bercocok tanam
oleh masyarakat. Dan untuk memenuhi kehidupannya, masyarakat batuan hidup berkesenian seperti seni melukis, seni menari seni memahat, seni menabuh dan lain-lain. Salah
satunya Gambuh, sebagai salah satu bentuk dramatari
Bali yang mengandung berbagai unsur seni , baik seni tari ,seni tabuh ,seni
sastra , seni lukis maupun seni rias yang terpadu secara harmonis dan
indah.Gambuh ini memiliki kekhasan gerak pada masing– masimg tokoh yang perlu
diperankan. Yang membedakan gambuh
batuan dengan gambuh lain di bali terletak pada Tokoh
Arya, Gambuh Batuan memiliki
kekhasan gerak yang tampak pada tayung kontes , nyisir , ngumbang , gelatik
nut papah , makirig udang , dan ngotes .
0 Comments