Lukisan Tradisional Batuan




Di Bali terdapat banayak gaya lukisan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut seperti Gaya Klasik Kamasan, Gaya Tradisional Ubud, Gaya Tradisional Pengosekan ,Gaya Tradisional Batuan. Untuk seni lukisan  gaya Batuan,  telah dikenal sejak tahun 1930-an.
Seperti namanya, seni lukis traditional  ini berkembang Di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar dengan gaya yang berbeda dengan seni lukis traditional lainnya. Tema-tema yang digelar dalam seni lukis tradisional ini antara lain cerita Tantri, Dongeng, Fabel dan juga mengambil tema kehidupan sehari-hari masyarakat di Bali.Awalnya adalah pada tahun1931, ketika dua antropolog Margaret Meaddan Gregory Batesonyang datang ke Bali. Pada tahun 1936dengan melakukan penelitian psikologi budaya, mereka meminta para pelukis Batuan untuk mengekspresikan segala yang ada dalam pikiran dan perasaannya keatas bidang gambar. Di sana lah muncul potret kehidupan sehari-hari  yang sepertinya menjadi ciri khas lukisan Batuan. Di mana pada sebidang kertas berukuran kecil bisa hadir banyak cerita dan suasana.Dalam mewujudkan karyanya mereka lebih menyukai medium cat air.
Tokoh-tokoh nya adalah I Nyoman Ngendon, I Nyoman Patera, I Ketut Reneh, Ida Bagus Togog dan Ida Bagus Made Widja. Karya-karya mereka sangat ekspresif, menyimpan atmosfir yang mencekam dan tenget, dengan visualisasi  yang khas. Seni lukis ini adalah perkembangan gaya klasik dan lebih menekankan teknik hitam putih yang dalam bahasa Bali disebut Sigar Mangsi. Dalam pewarnaan pada umumnya digunakan warna hijau kelam dan merah tua kecoklatan dengan latar belakang yang gelap. Teknik yang dipakai masih tetap tradisional, dimulai dengan Ngorten (Sketsa awal dengan pensil), Nyawi (Menegaskan sketsa dengan tinta Cina). Ngucak (Membuat efek jauh dekat, gelap, dan terang), Menyunin (Membuat kesan berisi), dan Ngewarna (Mewarnai)

Post a Comment

0 Comments